4.
Serial
Televisi
Sukses dalam sandiwara radio dan film layar lebar, Tutur
Tinular kemudian diangkat ke layar perak oleh PT. Genta Buana
Pitaloka pada tahun 1997. Serial ini disutradarai oleh Muchlis Raya dan skenario
ditulis oleh Imam Tantowi.
Ditayangkan pertama kali pada tanggal 25 Oktober 1997 di ANTeve (Season 1), Indosiar
(Season 2) dan RCTI (Season 3).
Sukses di ANTeve, sinetron serial Tutur Tinular kemudian dilanjutkan
ke bagian dua yang ditayangkan di Indosiar.
Adapun bagian pertama berkisah tentang kehidupan awal Arya Kamandanu sampai peresmian Sanggrama Wijaya sebagai raja Kerajaan Majapahit. Sementara bagian kedua berkisah tentang pemberontakan Ranggalawe
sampai pemberontakan Ra Kuti.
Dengan demikian, serial sinetron Tutur Tinular merupakan visualisasi
gabungan dua sandiwara radio, yaitu Tutur Tinular dan Mahkota
Mayangkara.
Setelah sukses ditayangkan di dua stasiun televisi yaitu ANTeve, Indosiar
dan RCTI, Gentabuana Pitaloka mengubah format serial tersebut
menjadi FTV (film televisi) dengan total keseluruhan berjumlah 27
episode, yaitu:
- Kidung Cinta Arya Kamandanu
- Wasiat Mpu Gandring
- Pelangi di Langit Singasari
- Pedang Naga Puspa
- Pertarungan di Candi Sorabhana
- Kembang Gunung Bromo
- Balada Cinta Mei Shin
- Satria Majapahit
- Bunga Tunjung Biru
- Ayu Wandira
- Prahara di Gunung Arjuno
- Senjakala di Kediri
- Mahkota Majapahit
- Tragedi di Majapahit
- Jurus NagapPuspa
- Misteri Keris Penyebar Maut
- Pengorbanan Mei Shin
- Pendekar Syair Berdarah
- Dendam Arya Dwipangga
- Korban Birahi
- Prahara Naga Krisna
- Karmaphala
- Wanita Persembahan
- Pangeran Buron
- Pemberontakan Nambi
- Dendam Ra Semi
- Gajahmada
- Anto Wijaya sebagai Arya Kamandanu
- Piet Ermas sebagai Arya Dwipangga
- Devy Zuliaty sebagai Nari Ratih
- Murti Sari Dewi sebagai Sakawuni
- Lamting sebagai Lo Shi Shan
- Agus Kuncoro sebagai Raden Wijaya atau Prabu Kertarajasa Jayawardhana
- Chairil JM sebagai Mpu Ranubhaya
- Hendra Cipta sebagai Mpu Hanggareksa
- Syaiful Anwar sebagai Mpu Tong Bajil
- Anika Hakim sebagai Dewi Sambi
- Tizar Purbaya sebagai Prabu Kertanagara
- Piet Pagau sebagai Prabu Jayakatwang (season 1) dan Mpu Lunggah (season 2)
- Nungki Kusumastuti sebagi Nararya Turukbali
- Hadi Leo sebagai Lembu Sora
- Herbi Latul sebagai Ranggalawe
- Candy Satrio sebagai Patih Nambi
- Rayvaldo Luntungan sebagai Dyah Halayudha
- Rizal Muhaimin sebagai Ardharaja (season 1) dan Ra Tanca (season 2)
- Johan Saimima sebagai Patih Kebo Mundarang
- Irgy Ahmad Fahrezi sebagai Prabu Jayanagara
- Hans Wanaghi sebagai Meng Chi
- Wingky Harun sebagai Ki Tanparowang
- Dian Sitoresmi sebagai Nini Ragarunting
- Lilis Suganda sebagai Dewi Tunjung Biru (season 1) dan Tribhuwaneswari (season 2)
- Teddy Uncle sebagai Pranaraja (season 1) dan Mpu Wahana (season 2)
- Rizal Djibran sebagai Ra Kuti
- Dhini Aminarti sebagai Tribhuwana Wijayatunggadewi
- Yuni Sulistyawati sebagai Palastri (season 1) dan Sitangsu (season 2)
- Wulan Guritno sebagai Praharsini
- Trixie Fadriane sebagai Ayu Wandira kecil
- Suzan Meilia sebagai Ayu Wandira dewasa
- Benny Burnama sebagai Ki Pamungsu
- Bambang Suryo sebagai Arya Wiraraja
- Rendy Bramasta sebagai Banyak Kapuk
- Deo sebagai Jambunada
- M. Iqbal sebagai Panji Ketawang kecil
- Sawung Sembadha sebagai Panji Ketawang remaja
- Rizal Fadli sebagai Panji Ketawang dewasa
- Eddy Dhosa sebagai Kuda Prana
- Rifky Al Farez sebagai Gajah Mada (season 2)
Khusus untuk adegan pembuatan Pedang Naga Puspa yang
dikisahkan terjadi di istana Kubilai Khan,
tidak segan-segan para artis dan kru sinetron ini melakukan pengambilan gambar
di Cina seperti di Tembok Besar China dan beberapa tempat lainnya,
dengan menggandeng Studio Cho Cho Beijing
untuk bekerja sama. Penyutradaraan selama pengambilan gambar di Cina dikerjakan
oleh Prof. Mu Tik Yen sutradara kenamaan asal China spesialis sinema kolosal.
Adapun para artis Cina yang ikut terlibat dalam pembuatan seri ini adalah:
- Li Yun Juan sebagai Mei Shin
- Ba Sang sebagai Kau Hsing
- Tian Wei Dong sebagai Kubilai Khan
Tidak hanya itu, Li Yun Juan melanjutkan perannya untuk
penggambilan gambar di Indonesia
sebagai Mei Shin yang merupakan tokoh utama wanita dalam serial ini.
Dalam sinetron tersebut digunakan teknologi dubbing,
yang masih menggunakan suara para artis PT. Prathivi Kartika Film sebagaimana
versi sandiwara radio. Walaupun ada beberapa tokoh yang tidak di dubbing oleh
pengisi suara yang sebenarnya sebagaimana penokohan dalam sandiwara radionya,
sinetron ini masih patut untuk di tonton, seperti contohnya tokoh Arya
Dwipangga yang dalam sandiwara radio di perankan oleh M. Aboed namun dalam
sinetron ini dubbing oleh Petrus Urspon walau akhirnya pada season kedua tokoh
Arya Dwipangga akhirnya di dubbing juga oleh tokoh aslinya dalam sandiwara
radio yaitu M. Aboed, dalam berbagai judul sandiwara radio M. Aboed adalah
spesialis untuk tokoh dengan aksen-aksen suara yang khusus untuk melantunkan
syair-syair seperti dalam tokoh Arya Dwipangga ini yang dalam penokohannya adalah
seorang sastrawan dan seorang pendekar yang selalu melantunkan syair-syair yang
indah dan mengerikan, dengan syairnya Arya Dwipangga mampu menaklukkan banyak
wanita namun dengan syairnya juga ia mampu melukai bahkan membunuh para
musuh-musuhnya.
5. Tutur Tinular versi 2011
Karena sukses besar pada serial televisi sebelumnya, pada
tahun 2011, Tutur Tinular kembali diangkat dan dikemas dalam
sebuah sinetron dengan warna yang berbeda menjadi sebuah serial laga oleh Genta Buana Paramita yang ditayangkan di Indosiar.
Tutur Tinular Versi 2011 ini juga banyak melibatkan aktor-aktor pendatang baru.
Proses sulih suara yang menjadi ciri khas sinetron laga pun ditiadakan. Berbeda
dengan versi lama tahun 1997 yang tayang satu minggu satu kali, maka versi 2011 ini tayang setiap hari dengan durasi selama 2 jam.
Meskipun pada awal penayangannya, serial laga ini sudah
masuk dalam rating 10 besar program televisi pilihan di Indonesia.
Namun serial yang salah satu Sutradaranya berasal dari India ini banyak menuai
kritik dan protes dari para pecinta fanatik sandiwara Tutur Tinular. Hal
ini dikarenakan alur cerita yang banyak melenceng dari cerita aslinya yang
sarat dengan kejadia-kejadian sejarah. Tutur Tinular versi 2011 lebih
menonjolkan sisi fiktifnya saja seperti kisah percintaan dan konflik dalam
keluarga, dengan selingan lagu dangdut seperti halnya film India, serta bermunculan tokoh-tokoh baru yang tidak ada dalam
versi sandiwara radio, seperti, pahlawan bertopeng, Respati dan Laksmi, juga
Pangeran Bentar yang sebenarnya merupakan tokoh dalam cerita Saur Sepuh ciptaan Niki Kosasih, Dan setelah beberapa episode muncul
juga beberapa tokoh yang diambil dari kisah atau legenda yang berbeda, seperti Khanza,
Little Krishna,
dan Arimbi, yang notabane adalah tokoh dari karya besar Mahabharata,
menyusul kemudian Mak Lampir dan Gerandong dari cerita Misteri Gunung Merapi.
Di samping itu, kostum dan lokasi kerajaan yang digunakan juga tidak
mencerminkan era Hindu - Budha zaman Kerajaan Singhasari - Majapahit,
melainkan lebih mirip era kerajaan Mataram Islam, sedangkan kebudayaannya pun
mirip seperti campuran Melayu,
India, dan China. Selain itu, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa
Tutur Tinular versi 2011 telah menjiplak berbagai serial televisi dan film
impor, seperti Glee yang ditayangkan di FOX.
Namun kontroversi yang muncul akibat pencampur-adukan tokoh,
cerita dan alur yang tidak jelas tak membuat tayangannya berhenti. Pihak
produser ataupun televisi sepertinya tak terpengaruh dan acuh dengan semua
komentar miring yang ditujukan untuk Tutur Tinular Versi 2011. Mereka tetap memproduksi
dan menayangkan serial ini karena rattingnya
masih cukup bagus.
Banyak penggemar Tutur Tinular asli yang bertanya-tanya
mengapa pak Tijab sang penulis asli rela karyanya diobrak-abrik sedemikian
rupa. Apakah karena sudah dibeli produser dengan harga tinggi (tentunya sang
penyandang dana ini tahu bahwa nama besar ‘tutur tinular’ akan dapat menjaring
penonton sebanyak-banyaknya). Tapi terdengar rumor juga bahwa Pak Tijab
terlanjur tanda tangan kontrak yang menyetujui bahwa tutur tinular akan dibuat versi
lebih baru. Tapi tak pernah tahu hasilnya akan seperti Tutur Tinular Versi 2011
yang sedang tayang saat ini.
Entahlah, semoga saja I ndosiar segera memperbaiki tayangannya.
TAMAT
(dirangkum dari berbagai sumber)
baca bagian sebelumnya
http://cakrabuanaku.blogspot.com/2012/09/seluk-beluk-tutur-tinular.html
http://cakrabuanaku.blogspot.com/2012/09/seluk-beluk-tutur-tinular-bag2.html
nggak usah nulis capek2 tinggal copas.......?
BalasHapuslain kali sumbernya di tulis dari mana
ini tulisan saya semua yg di copas dari Wiki
sumber: dirangkum dari berbagai sumber termasuk wikipedia, ga semuanya copas tuh, ada beberapa yang ditambah dan dikurangi, namanya juga RANGKUMAN DARI BERBAGAI SUMBER
BalasHapusT T 2011 prabem yearrr
BalasHapusTV ku, listrik ku, eman lek tak ge dilok TT 2011
betul-betul.......
HapusBeberapa tambahan untuk para pemeran Tutur Tinular versi 1997:
BalasHapus1. Rayvaldo Luntungan juga memerankan Rakai Dukut (musim 1) sebelum memerankan Dyah Halayudha.
2. Yuni Sulistyawati pernah pula memerankan Luh Jinggan (musim 2).
3. Suzanna Meilia juga memerankan Sugi (musim 1) dan Dara Petak (musim 1-2) sebelum memerankan Ayu Wandira.
4. Rizal Fadli juga memerankan Balunghura (musim 1) dan Gajah Biru (musim 2). Di musim 1 sendiri, dia juga ada jadi tokoh figuran, yang naik kuda melewati Mei Shin yang waktu itu jadi pembantu rumah tangga di rumah seorang juragan.
5. David Macpal sebagai Dangdi
6. Aspar Paturusi sebagai Rekyan Wuru
7. Jaenal Pattikawa sebagai Jaran Lejong
8. S. Manan Dipa sebagai Ramapati (musim 1), Mpu Sasi (musim 2), dan Rakai Pamitihan (musim 2). Dia juga pernah memerankan seorang penduduk Lopandan di musim 1, tapi saya gak tau namanya.
9. Fitria Anwar sebagai Kurantil
10. Tien Kadaryono sebagai Nyi Pamiji
11. Alex Bernard sebagai Kebo Kluyur (musim 1) dan Wong Yin (musim 2)
12. Andre Yega Dedy Dasilva sebagai Adirasa
13. Nani Somanegara sebagai Nyi Rongkot
14. Antoni Sumiadi sebagai Ki Sugatabrahma
15. Rochim Lahatu sebagai Kebo Anabrang
16. Muhammad Saleh Tanasse sebagai Gajah Pagon (musim 1). Dia juga ada jadi anak buah Mpu Tongbajil di musim 2, tapi gak disebutin namanya.
wah tambah lengkap....
HapusEnakan film yg dlu2 tuh adegan dn ceritanya gak ngawur kaya film skrng
BalasHapusMantapp
BalasHapusiya eneg sama ganteng2 ga jelas haha
BalasHapusRindu ama film tanah air tempo dlu..
BalasHapus