Selasa, 04 September 2012

SELUK BELUK TUTUR TINULAR

Siapa yang tak kenal  dengan kata ‘tutur tinuar’.  Bagi anda yang lahir sebelum tahun 90an pasti anda mengenal  tutur tinular sebagi sebuah sandiwara radio yang cukup fenomenal saat itu.  Atau mungkin film layar lebarnya yang tak kalah memikat. Sedang anda yang lahir setelah setelah 90an anda akan mendapat versi  tutur tinular dalam bentuk film televisi bergenre  laga yang tayang di stasiun televisi swasta. Dan yang paling anyar tentunya sinetron striping yang begitu kontroversial yakni Tutur Tinular versi 2011.
Agar  lebih jelasnya akan kita bahas secara terpisah seperti berikut :

1.      Sandiwara Radio Tutur Tinular
2.      Film Layar Lebar
3.      Novel Dan Riwayat Penulis
4.      Serial Televisi
5.       Tutur Tinular Versi 2011


1.     Sandiwara Radio Tutur Tinular

”Kuberi nama pedang ini, Nagapuspa. Selamatkan dia. Jangan sampai jatuh ke tangan pendekar berwatak jahat!”
”Oh, Kakang Kamandanu. Kau masih juga tidak percaya. Bahwa aku, aku mencintaimu”.
“Oh, Mei Shin.Maafkan aku Mei Shin. Mei Shin oh, Mei Shiiiiiiiin.......”
Itulah kalimat pembuka setiap seri Tutur Tinular mengudara di sejumlah stasiun radio di seluriuh Indonesia.
Tutur Tinular adalah sandiwara radio yang fenomenal yang ditulis oleh S.Tijab.
Tutur Tinular sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "nasihat atau petuah yang disebarluaskan".
Tutur Tinular menyuguhkan kisah persilatan, cinta, dan ambisi manusia dengan latar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singasari dan berdirinya Kerajaan Majapahit. Ceritanya yang seru dan tidak bertele-tele menjadikan sandiwara radio sepanjang 24 episode ini selalu dinanti-nanti para pendengarnya.
Penyiaran Sandiwara Radio
Sandiwara radio Tutur Tinular pertama kali mulai disiarkan pada tanggal 1 Januari 1989 dan dipancarluaskan lebih dari 512 stasiun radio di seluruh Indonesia, yang tergabung dalam PRSSNI ( Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia).
Pada tahun 2002, Sandiwara radio Tutur Tinular disiarkan ulang di salah satu radio yang ada di Kota Yogyakarta, yaitu Radio MBS FM Jogja. Tidak hanya itu, bahkan hingga pada bulan Januari 2012, tercatat masih ada beberapa stasiun radio yang menyiarkannya kembali seperti 103,3 FM Radio Karimata, Pamekasan, Madura; 95.6 FM Radio Bintang Tenggara, Banyuwangi; dan 95,2 FM Radio Oisvira, Sumbawa. Disamping itu, beberapa situs online juga masih ada yang memperdengarkan sandiwara radio ini secara live streaming, salah satunya di Radio Streaming Asdisuara Jakarta, milik Asdi Suhastra, yaitu pada pukul 22.00 WIB.
Berikut data tentang sandiwara dengan banyak 720 seri ini.
Sutradara
E.W.S Yuwono
Bambang S
Y. Rudy Wartono
A.J Udono
C. Ispriyono. K

Produser
Sanggar Cerita
Sanggar Prathivi

Penulis
S. Tidjab

Tehnik dan Montage :
Rudy Tinangon
Djoko S.P
M. Pranoto
Edwind Sutandi
C. Ispriyono. K
Announcer
(Pengantar Cerita) :
Nusri Nurdin
(seri 1-90)
Asdi Suhastra
(seri 91-720)

Distributor
Sanggar Cerita
Sanggar Prathivi

Durasi
30 menit per seri per hari

Sekuel
            Mahkota Mayangkara dan Satria Kekasih Dewa

Daftar Pemain dan Tokoh
Para pengisi suara dalam sandiwara radio Tutur Tinular tersebut adalah para artis dari Sanggar Cerita dan Sanggar Prathivi, antara lain:
  • Ferry Fadli sebagai Arya Kamandanu
  • M. Aboed sebagai Arya Dwipangga, Ike Mese, Mpu Sasi, Ma Bo Yie, Sokol
  • Lily Nur Indah Sari sebagai Nari Ratih, Luh Jinggan, Sunggi
  • Elly Ermawatie sebagai Mei Shin
  • Eddy Dhosa sebagai Lo Shi Shan, Mantri Segoro Winotan
  • Ivone Rose sebagai Sakawuni
  • Asdi Suhastra sebagai Mpu Ranubhaya, serta pembawa cerita untuk seri 091-720
  • Hari Akik sebagai Mpu Hanggareksa, Kebo Anengah, Gajah Mada
  • Lukman Tambose sebagai Mpu Tong Bajil, Aki Tangkur, Ki Surabaya
  • Margareth sebagai Dewi Sambi
  • Herry Setiono sebagai Sanggrama Wijaya, Murdaja, Kuda Prana, Ra Yuyu
  • Nusri Nurdin sebagai Lembu Sora, Luruh, Gagak Sali, serta pembawa cerita seri 001-090
  • Rusli Pontian sebagai Ranggalawe, Suraprabawa, Patih Emban
  • Haryoko sebagai Kubilai Khan, Nambi, Aki Lumpang, Mpu Renteng, Resi Wisambudi, Resi Mahalalita, Panji Ketawang dewasa
  • Iwan Dahlan sebagai Pranaraja, Aki Pamungsu, Ki Sugata Brahma, Rake Dukut, Ki Panggala, Mantri Prakrama
  • Petrus Urspon sebagai Jaran Bangkal, Banyak Kapuk, Jayakatwang, Mei Hua, Gajah Pagon
  • Narto Bantul sebagai Ardharaja, Adisara, Rembaka, Ki Talat Waja, Ra Wedeng
  • Idris Apandi sebagai Ramapati, Banyak Kapuk, Macan Kumbang, Watukura
  • Sono Sudiakso sebagai Arya Wiraraja, Mpu Lunggah, Aki Gumbreg, Rakawikirang
  • Nenny Haryoko sebagai Ayu Pupu alias Dewi Tunjung Biru, Nyi Pamungsu
  • Anna Sambayon sebagai Nini Raga Runting, Nyi Lemus, Nyi Kelu, Nyi Pamiji
  • Mario Kulon sebagai Dangdi, Kaki Tanparoang, Ra Lumbu, Banyak Kapuk,
  • Rio Sempana sebagai Panji Ketawang kecil
  • Reneth sebagai Ayu Wandira kecil
  • Suryadin Tandjung sebagai Jaran Lejong, Pakeling, Kalongpret
  • Wenda Lubis sebagai Wirot, Kebo Anabrang, Langkir, Jaran Bangkal, Demung Wira
  • Elly Panca sebagai Nyi Rongkot
  • Yanwar sebagai Ra Tanca
  • Herman Wijaya sebagai Tabib Wong Yin, Silananda Jaya
  • Yulie Muliana sebagai Werda Murti, Palastri, Kurantil, Mei Shin, Ayu Wandira dewasa
  • Bambang Jeger sebagai Patih Kebo Mundarang, Sudra Palong
  • Mamuk Pratomo sebagai Kertanagara, Kebo Kluyur
  • Wawan GW sebagai Ganggadara, Ki Bokor
  • Benny Indrahadi sebagai Jarawaha, Shih Pie, Sanding, Kuntir, Sampit, Ra Banyak, Jana Lelung
  • Sudibyanto sebagai Jaruju, Tambir, Kartawiyoga
  • Wahyu Chandra sebagai Balawi, Meng Chi, Ki Janawidi
  • A.P. Burhan sebagai Rakryan Wuruh, Chan Pie, Aki Pamiji, Banyak Dekur, Rake Patanjana, Rana Dikara, Mpu Tanduk, Wong Agung alias Resi Jana Maha Dwija
  • Eny Budiono sebagai Parwati
  • Katarina sebagai Nyi Warih
  • Kasdu Dewa sebagai Dipangkara Dasa, Lembu Sora, Ra Podang
  • Otis Perkasa sebagai Wong Chau
  • Armand Donida sebagai Kau Hsing
  • Budi Klontong sebagai Nambi, Ki Julungwangi
  • Ai Mudji Rahayu sebagai Nararya Turuk Bali
  • Bambang Hermanto sebagai Gajah Pagon, Wong Kilur
  • Wied Harry Apriadjie sebagai Marakeh
  • Freddy Canser sebagai Medangkungan
  • Eddy Juni sebagai Linggapati, Puye, Ike Mese, Nambi
  • Rini Marjan sebagai Sariti, Tribhuwaneswari, Nyi Tumpak Seti
  • Novia Mandagi sebagai Mahadewi
  • Jumirah sebagai Pradnya Paramita
  • Wiwiek sebagai Rajapatni
  • Mas'ud sebagai Wangsa Halemu
  • Yayuk Kristanto sebagai Nyi Sepang
  • Mogan Pasaribu sebagai Ra Pangsa
  • Elyas sebagai Gajah Biru
Profil Tokoh & Karakter
Arya Kamandanu adalah seorang pemuda lugu. Dia adalah putera kedua Empu Hanggareksa Kamandanu sangat suka mempelajari ilmu kanuragan. Dia diangkat murid oleh kakak seperguruan ayahnya yang bernama Empu Ranubaya. Empu Ranubaya mengajarkan Kamandanu jurus Nagapuspa, yaitu ilmu kanuragan ciptaan Empu Gandring dan Aji Saipi Angin, yaitu ilmu meringankan tubuh yang bisa membuat tubuh seringan kapas. Sayang, ketika Arya Kamandanu sedang giat belajar, Empu Ranubaya dikejar-kejar oleh prajurit Singasari, karena dia dianggap telah menghina Prabu Kertanegara. Kemudian Arya Kamandanu mendalami lagi Jurus Naga Puspa tahap akhir yang tinggalkan Empu Ranubaya di atas sebuah batu. Dengan bantuan Empu Lunggah yang merupakan kakak seperguruan tertua ayahnya, Kamandanu mampu menyempurnakan Jurus Naga Puspa. Ilmu Kamandanu semakin hebat setelah dia tergigit ular siluman Naga Puspa Kresna.
Arya Kamandanu kurang beruntung dalam percintaan. Dua kali dia mengalami kekecewaan akibat ulah kakaknya, Arya Dwipangga. Dua wanita yang dicintai Kamandanu, yaitu Nari Ratih dan Mei Shin dinodai oleh Arya Dwipangga. Ada juga seorang wanita yang sempat singgah di hati Kamandanu, yaitu Luh Jinggan puteri Empu Lunggah. Pada akhirnya Kamandanu kemudian menjadi Panglima Majapahit dan menikah dengan Sakawuni dan mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Jambunada.
  • Arya Dwipangga
Arya Dwipangga adalah kakak Kamandanu. Dia gemar bersyair dan merayu para wanita dengan syair-syairnya itu. Dia mudah jatuh cinta pada perempuan cantik, meskipun perempuan itu kekasih adiknya sendiri. Pertama dia merebut Nari Ratih dan menikahinya. Dari pernikahannya dengan Nari Ratih Arya Dwipangga memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Panji Ketawang. Beberapa tahun kemudian Dwipangga bertemu dengan Mei Shin. Arya Dwipangga langsung tertarik pada Mei Shin. Lagi-lagi Arya Dwipangga tidak berduli kalau Mei Shin adalah kekasih Kamandanu. Seperti biasa Arya Dwipangga menggunakan syair-syairnya untuk memikat Mei Shin. Namun kali ini syair-syair Arya Dwipangga tidak mampu memikat Mei Shin. Akhirnya Arya Dwipangga menodai Mei Shin dengan menggunakan obat perangsang, sehingga Mei Shin mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak perempuan bernama Ayu Wandira.
Kamandanu sangat marah atas perbuatan Dwipangga itu. Dihajarnya Dwipangga hingga tangannya menjadi cacat. Merasa sakit hati Arya Dwipangga melaporkan Mei Shin kepada pemerintah Kediri, sehingga rumah Empu Hanggareksa diobrak-abrik dan dibakar. Juga Empu Hanggareksa tewas dalam kejadian itu.
Arya Dwipangga mabuk-mabukan dan menyiksa Nari Ratih hingga tewas. Kamandanu murka untuk kedua kalinya. Arya Dwipangga dihajarnya lagi hingga jatuh ke sumur tua. Di dalam sumur tua itu Arya Dwipangga bertemu dengan seorang laki-laki misterius yang bernama Watukura. Watukura mengajarkan Arya Dwipangga jurus Kidung Pamungkas dan jurus Pedang Kembar. Setelah beberapa tahun lamanya Arya Dwipangga keluar dari sumur tua itu. Dia menjadi seorang pembunuh berdarah dingin. Semua orang yang bertemu dengannya pasti mati. Setiap akan melakukan pembunuhan,Arya Dwipangga selalu bersyair, sehingga dia mendapat julukan Pendekar Syair Berdarah.
Arya Dwipangga akhirnya bertemu lagi dengan Kamandanu di desa Kurawan, tempat tinggal mereka dulu. Dan kedua kakak beradik itu bertarung habis-habisan. Namun Arya Dwipangga tidak mampu mengalahkan Arya Kamandanu. Ia akhirnya melarikan diri.
Arya Dwipangga bertemu dengan Empu Lunggah. Seperti biasa nafsu membunuhnya muncul. Namun dia tidak berdaya melawan Empu Lunggah, karena Empu Lunggah menggunakan ilmu Rajut Busana, yaitu sebuah ilmu yang dapat menghilangkan kesaktian seseorang. Arya Dwipangga kehilangan kesaktiannya. Jurus Pedang Kembar dan Kidung Pamungkas tidak berarti lagi.
Tak lama kemudian mata Arya Dwipangga buta. Hal itu disebabkan karena kutukan seorang pertapa yang bernama Resi Wisambudi yang telah dibunuhnya.
Arya Dwipangga menyesali semua dosa yang pernah diperbuatnya. Dia ingin bunuh diri, tapi tidak berhasil. Keadaan Arya Dwipangga tak ubahnya seperti pengemis. Dalam keadaan seperti itulah Arya Dwipangga bertemu kembali dengan Nyai Paricara alias Mei Shin yang saat itu sudah menjadi tabib terkenal. Awalnya Mei Shin tidak mau menolong Dwipangga, karena hatinya masih terluka akibat ulah Dwipangga yang telah merusak hidupnya. Namun lama-lama Mei Shin kasihan juga pada Arya Dwipangga. Arya Dwipangga akhirnya dibawa ke tempat tinggal Mei Shin.
Dalam Mahkota Mayangkara, yang merupakan lanjutan Tutur Tinular, Arya Dwipangga menikah dengan Mei Shin. Pernikahan itu terjadi karena desakan Ayu Wandira yang menginginkan kedua orangtuanya bersatu. Tentu saja pernikahan itu hanya formalitas saja, karena Mei Shin tetap tidak mau hidup bersama Arya Dwipangga.
Setelah Mei Shin meninggal Arya Dwipangga kembali hidup terlunta-lunta. Namun pada suatu hari Arya Dwipangga bertemu dengan Prabu Jayanegara yang sedang berburu. Prabu Jayanegara tertarik dengan kemampuan Arya Dwipangga bersyair. Akhirnya Arya Dwipangga diangkat menjadi seorang pujangga istana yang bertugas membacakan syair di depan raja. Dia mengganti namanya menjadi Resi Mahasadu.
  • MEI SHIN
Mei Shin adalah seorang pendekar wanita berkebangsaan Mongolia. Bersama suaminya Lou Shi San. Mei Shin berlayar ke tanah Jawa sambil membawa Pedang Nagapuspa ciptaan Empu Ranubaya. Namun di Tanah Jawa Mei Shin dan suaminya malah dikejar-kejar oleh para prajurit Kediri yang dipimpin oleh Empu Tong Bajil dan Dewi Sambi. Empu Tong Bajil sangat menginginkan Pedang Nagapuspa. Oleh karena itu dia terus memburu Mei Shin dan Lou Shi San.
Dalam sebuah pertarungan Lou Shi San terluka parah akibat terkena Aji Segara Geni milik Empu Bajil. Namun untunglah Arya Kamandanu yang sedang mengembara datang menolong. Sayang, jiwa Lou Shi San sudah tidak tertolong lagi. Setelah beberapa hari diobati dia pun meninggal. Dari Lou Shi San dan Mei Shin, Arya Kamandanu tahu kalau Empu Ranubaya terdampar di negeri Cina karena dibawa oleh utusan Kaisar Kubilai Khan yang telah dipermalukan oleh Prabu Kertanegara. Kemudian dia diminta membuat senjata pusaka oleh Kaisar Kubilai Khan. Karena terancam bahaya, Empu Ranubaya diselamatkan oleh Mei Shin dan Lou Shi San.
Mei Shin lalu ditampung di rumah Arya Kamandanu. Sedikit demi sedikit benih-benih cinta bersemi di hati mereka. Namun prajurit-prajurit Kediri terus memburu Mei Shin. Karena tidak ingin menyusahkan Kamandanu diam-diam Mei Shin pergi.
Kemudian Mei Shin bertemu dengan Arya Dwipangga. Mei Shin tahu kalau Arya Dwipangga menyukainya. Namun dia tidak menanggapinya. Syair-syair Arya Dwipangga hanya dianggap angin lalu saja. Namun obat perangsang membuat Mei Shin tidak sadar, sehingga dia dinodai Arya Dwipangga.
Untunglah Arya Kamandanu mau bertanggung jawab. Dengan hati yang luka Kamandanu menikahi Mei Shin. Mei Shin lalu menyerahkan Pedang Nagapuspa pada Arya Kamandanu.
Ketika rumah Empu Hanggareksa diserbu Prajurit Kediri, Mei Shin berhasil lolos. Kembali dia dikejar-kejar oleh prajurit Kediri. Namun Mei Shin diselamatkan oleh Nini Raga Runting dan Kaki Tamparoang. Mereka adalah sepasang pendekar tua yang mempuni. Nini Ragarunting terkenal dengan senjata andalannya yaitu Selendang Kuning. Sedangkan Kaki Tamparoang terkenal dengan senjatanya yaitu Ikat Kepala Gledek.
Kaki Tamparoang dan Nini Ragarunting berhasil mempertemukan kembali Mei Shin dan Kamandanu. Selama beberapa waktu Mei Shin dan Kamandanu bisa hidup bersama.
Kamandanu tertarik untuk menjadi prajurit Majapahit. Tak Lama setelah Kamandanu pergi, Dewi Sambi dan anak buahnya datang ke lereng Gunung Arjuno dan menyerang tempat tinggal Mei Shin. Mei Shin kembali bertarung melawan Dewi Sambi. Mei Shin terluka parah dan jatuh ke dalam jurang setelah terkena Aji Tapak Wisa milik Dewi Sambi. Untunglah Ayu Wandira dan Panji Ketawang diselamatkan oleh Nini Raga Runting dan Kaki Tamparoang. Kelak Ayu Wandira menjadi murid Nini Raga Runting dan mewarisi jurus Emban Gendong Momongan. Mei Shin ditemukan oleh Tabib Wong Yin  dan anak angkatnya Ratanca yang saat itu sedang mencari daun-daunan untuk obat. Mei Shin kemudian dibawa ke tempat tinggal Tabib Wong Yin. Di sana Mei Shin disembuhkan dari luka-lukanya. Mei Shin tertarik dengan ilmu pengobatan. Dia lalu belajar ilmu pengobatan pada Tabib Wong Yin. Selain ilmu pengobatan, Mei Shin juga mendapat satu ilmu yang bernama ilmu kabegjan, yaitu sebuah ilmu yang bisa melindungi diri dari bahaya selama pimiliknya tidak pernah berbohong. Akhirnya Mei Shin menjadi seorang tabib terkenal dan berganti nama menjdi Nyai Paricara.
Ketika Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana sakit keras, Nyai Paricara alias Mei Shin datang ke Majapahit. Bersamaan dengan itu Sakawuni pun melahirkan, sehingga di samping mengobati raja, Mei Shin juga harus menolong persalinan Sakawuni. Sayang dua-duanya tidak tertolong. Mei Shin bertemu lagi dengan Kamandanu, tapi dia tidak mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya. Mei Shin meninggal, karena terkena wabah penyakit Mageleh setelah dia mengobati warga Desa Binor.
  • SAKAWUNI
SAKAWUNI adalah seorang gadis yang hidupnya ugal-ugalan. Dia adalah cucu Ki Sugata Brahma, Pendekar Lengan Seribu. Untuk melampiaskan dendamnya pada orang-orang Singasari, Sakawuni bergabung dengan orang-orang Kediri. Namun sebenarnya Sakawuni adalah seorang gadis berjiwa pendekar. Dia beberapa kali menolong Mei Shin, Lou Shi San, dan Kamandanu dari gangguan para prajurit Kediri secara sembunyi-sembunyi. Dalam sebuah pertarungan melawan Empu Tong Bajil dan kawan-kawannya Kamandanu terluka parah, dia diselamatkan oleh Sakawuni dan dibawa ke rumah kakeknya. Ki Sugata Brahma mengatakan Bahwa luka Kamandanu bisa disembuhkan dengan Bunga Tunjung Biru. Untunglah Sakawuni bertemu dengan Kaki Tamparoang. Atas petunjuk Kaki Tamparoang, Sakawuni membawa Kamandanu ke bukit Panampihan untuk meminta Bunga Tunjung Biru pada pemiliknya yaitu Dewi Tunjung Biru.
Ternyata Dewi Tunjung Biru adalah ibu kandung sakawuni yang sudah lama menghilang. Sakawuni senang bisa bertemu dengan ibu kandungnya dan luka-luka Kamandanu bisa disembuhkan.
Sakawuni pergi ke Majapahit untuk membunuh Banyak Kapuk, perwira Singasari yang telah meninggalkan ibunya. Hampir saja Banyak Kapuk terbunuh, namun akhirnya Sakawuni sadar dan mau memaafkan ayahnya itu. Dia akhirnya bersedia mengabdi pada Majapahit.
Bersama Arya Kamandanu Sakawuni menjalankan tugas sebagai prajurit Majapahit, termasuk di antaranya adalah menumpas gerombolan perampok yang dipimpin Empu Tong Bajil. Setelah Gerombolan itu dihancurkan, Sakawuni dan Arya Kamandanu menikah.
Sayang, Sakawuni meninggal setelah melahirkan akibat mengalami pendarahan hebat. Sepeninggal Sakawuni Arya Kamandanu mengundurkan diri dari keprajuritan dan kembali menyepi di lereng Gunung Arjuno bersama anaknya.
  • EMPU BAJIL
Empu Tong Bajil adalah pendekar sakti, namun kejam. Pendekar cebol dari Lereng Tengger ini memiliki senjata andalan yaitu tongkat Pencabut Roh dan ilmu pukulan maut yang bernama Aji Segara Geni. Empu Bajil adalah pemimpin kelompok pendekar yang membantu Pemerintah Kediri. Dalam sebuah pertarungan melawan Arya Kamandanu, Tongkat Pencabut Roh patah menjadi dua. Empu Bajil sangat marah. Dia lalu memperdalam Aji Segara Geni di Lereng Tengger. Setelah beberapa bulan lamanya Empu Bajil berhasil memperdalam Aji Segara Geni. Dia kembali turun Gunung. Kembali Empu Bajil bertarung melawan Arya Kamandanu. Mereka bertarung di Lembah Kardama. Dalam pertarungan itu Arya Kamandanu kalah dan Pedang Nagapuspa dapat direbut.
Dengan Pedang Nagapuspa di tangannya Empu Tong Bajil menjadi semakin kuat. Dia dan kelompok perampoknya membuat kekacauan di mana-mana, bahkan kan dia berani membuat kekacauan di Majapahit. Namun Empu Bajil tidak lama memiliki Pedang Nagapuspa. Dengan kekuatan ghaib Nagapuspa Kresna dan Keris Empu Gandring, akhirnya Arya Kamandanu berhasil merebut kembali Pedang Nagapuspa. Dan Empu Bajil pun tewas setelah dadanya terhunjam Keris Empu Gandring. Kepala Empu Bajil pun dibawa ke Majapahit.
  • DEWI SAMBI
Dewi Sambi adalah seorang pendekar wanita yang cantik, namun berwajah dingin dan kejam. Dia adalah kekasih Empu Tong Bajil. Dia sangat mencintai Empu Bajil. Dia rela meninggalkan gurunya di Gunung Kawi hanya demi cintanya pada Empu Bajil. Dari hubungannya dengan Empu Bajil, Dewi Sambi mengandung dan memiliki seorang bayi laki-laki yang bernama Layang Samba. Namun Layang Samba dipelihara oleh Dewi Upas, guru Dewi Sambi yang memiliki kesaktian luar biasa. Diantaranya dia menguasai ilmu ular. Dewi Upas bisa memanggil ribuan ular dan memerintahkan mereka melakukan sesuatu.
Dewi Sambi sangat berduka atas kematian Empu Tong Bajil. Dia berusaha membalaskan dendam kematian Empu Bajil kepada Arya Kamandanu. Dia mengirimkan jasad Mpu Bajil yang disertai surat palsu yang berisi tantangan Arya Kamandanu ke Padepokan Tengger. Maksudnya supaya Wong Agung  marah pada Arya Kamandanu. Akan tetapi Wong Agung tidak terpancing, karena dia tahu kalau Empu Tong Bajil adalah seorang jahat. Kemudian Dewi Sambi bersekutu dengan Arya Dwipangga alias Pendekar Syair Berdarah. Bersama-sama mereka melawan Arya Kamandanu. Namun lagi-lagi usahanya tidak berhasil.
Dewi Sambi bertemu kembali dengan Mei Shin. Saat itu Mei Shin sedang dalam perjalanan ke Majapahit untuk mengobati Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana. Dewi Sambi tidak menyangka kalau Mei Shin masih hidup. Dewi Sambi kemudian bertarung melawan Mei Shin. Dia ingin membunuh Mei Shin karena Mei Shin dianggap mempunyai hubungan dengan Arya Kamandanu. Namun Dewi Sambi selalu gagal menyarangkan Pukulan Tapakwisanya ketubuh Mei Shin. Setiap kali Aji Tapakwisa akan mengenai dirinya Mei Shin selalu bisa menghindar. Akhirnya Dewi Sambi menggunakan tipu muslihat. Dia berpura-pura minta maaf pada Mei Shin. Ketika Mei Shin sedang lengah, Dewi Sambi membokongnya. Tapi lagi-lagi Dewi Sambi tidak berhasil. Aji Tapakwisa malah membalik pada dirinya, sehingga Dewi Sambi tewas dengan tubuh terpancang di tonggak kayu. Itu adalah akibat kutukan Resi Wisambudi seorang pertapa yang dibunuhnya bersama Arya Dwipangga.
  • EMPU RENTENG
EMPU RENTENG (disuarakan oleh Haryoko) adalah seorang pendekar yang tidak banyak bicara. Dia tidak kalah sakti dengan Empu Bajil dan Dewi Sambi. Pendekar dari Gunung Petiri ini mempunyai sebilah pedang ampuh berwarna kuning, sehingga disebut Pedang Kuning. Dengan Pedang Kuning ini Empu Renteng bisa membunuh lawannya dalam waktu beberapa detik. Selain itu dia juga memiliki ilmu kebal yang bernama Blabak Pengantolan. Tak ada senjata yang bisa menembus kulitnya, termasuk senjata pusaka. Ketika terjadi peperangan antara Majapahit melawan Kediri Empu Renteng bertarung melawan Ranggalawe. Empu Renteng mati-matian melawan Ranggalawe. Ternyata Ilmu Blabak Pengantolan tidak mampu menahan tajamnya Keris Megalamat Ranggalawe, sehingga Empu Renteng terluka parah. Empu Renteng akhirnya berpisah dengan Empu Bajil.Dia bermaksud mencari seorang tabib untuk menyembuhkan luka-lukanya. Namun dia malah bertemu dengan musuh lamanya, yaitu Watukura.
Watukura ingin menguji sejauh mana kemampuan Arya Dwipangga yang sudah menguasai Jurus Kidung Pamungkas. Dia menyuruh Arya Dwipangga untuk bertarung melawan Empu Renteng. Tentu saja Empu Renteng yang sedang terluka itu tidak mampu melawan Arya Dwipangga. Akhirnya dia tewas terkena Aji Kidung Pamungkas. Namun pada sisa-sisa kekuatannya Empu Renteng melemparkan Pedang Kuningnya kepada Watukura, sehingga Watukura pun tewas.
  • NINI RAGA RUNTING DAN KAKI TAMPAROANG
Nini Ragarunting Dan Kaki Tamparoang sebenarnya saling mencintai sejak mereka masih sama-sama muda. Namun keduanya tidak mau mengungkapkan cintanya, sehingga sampai hari tua mereka tidak bisa hidup bersama. Keduanya selalu bertarung dan saling ejek setiap bertemu. Nini Ragarunting sering menyebut Kaki Tamparoang dengan sebutan ”sapi ompong”. Dan Kaki Tamparoang menyebut Nini Ragarunting dengan sebutan ”kambing peot”. Namun keduanya juga saling tolong-menolong jika keadaan sedang genting.
Kaki Tamparoang tewas ketika membantu kemenakannya Gajahbiru yang memberontak terhadap Majapahit. Kematian Kaki Tamparoang sangat tragis. Seluruh tubuhnya tertembus anak panah sampai ke mulutnya. Nini Ragarunting sangat bersedih atas kematian Kaki Tamparoang. Dicabutinya anak-anak panah yang menancap di tubuh Kaki Tamparoang. Kemudian dikuburkannya mayat Kaki Tamparoang.
Sampai akhir hayatnya Nini Ragarunting hidup bersama-sama Ayu Wandira, walaupun beberapa kali sempat terpisah. Bagi Nini Ragarunting Ayu Wandira sudah dianggap sebagai cucunya sendiri.

Daftar Judul Episode
Jumlah keseluruhan kisah Tutur Tinular adalah 720 seri yang terbagi ke dalam 24 episode, atau setiap episode terdiri atas 30 seri dengan durasi kurang lebih 30 menit dan disiarkan setiap hari. Adapun judul-judul episodenya adalah sebagai berikut :
  1. Pelangi di Atas Kurawan, seri 1-30 (bulan ke-1)
  2. Kisah dari Seberang Lautan, seri 31-60 (bulan ke-2)
  3. Daun-Daun Bersemi Lagi, seri 61-90 (bulan ke-3)
  4. Kemelut Cinta di Atas Noda, seri 91-120 (bulan ke-4)
  5. Perguruan Lopandak, seri 121-150 (bulan ke-5)
  6. Cahaya Fajar Menembus Hutan Tarik, seri 151-180 (bulan ke-6)
  7. Mata Air di Tanah Gersang, seri 181-210 (bulan ke-7)
  8. Angkara Murka Merajalela, seri 211-240 (bulan ke-8)
  9. Badai Mengamuk di Atas Kediri, seri 141-270 (bulan ke-9)
  10. Pemberontakan Ranggalawe, seri 271-300 (bulan ke-10)
  11. Mutiara Ilmu di Atas Batu, seri 301-330 (bulan ke-11)
  12. Nagapuspa Kresna, seri 331-360 (bulan ke-12)
  13. Geger Pedang Nagapuspa, seri 361-390 (bulan ke-13)
  14. Keris Mpu Gandring, seri 391-420 (bulan ke-14)
  15. Kisah Seorang Prajurit Pelarian, seri 421-450 (bulan ke-15)
  16. Pemberontakan Gajah Biru, seri 451-480 (bulan ke-16)
  17. Pendekar Syair Berdarah, seri 481-510 (bulan ke-17)
  18. Dendam Lama dari Kurawan, seri 511-540 (bulan ke-18)
  19. Keluarga Prabu Kertarajasa Jayawardhana, seri 541-570 (bulan ke-19)
  20. Golek Kayu Mandana, seri 571-600 (bulan ke-20)
  21. Pemberontakan Lembu Sora, seri 601-630 (bulan ke-21)
  22. Gelapnya Malam Tanpa Bintang, seri 631-660 (bulan ke-22)
  23. Wong Agung Turun Gunung, seri 661-690 (bulan ke-23)
  24. Mendung Bergulung di Atas Majapahit, seri 661-720 (bulan ke-24)

Ringkasan Cerita
Disebuah desa bernama Kurawan ada seorang pemuda bernama Arya Kamandanu, dia adalah putra Mpu Hanggareksa, seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara, raja Kerajaan Singhasari. Pemuda lugu ini kemudian saling jatuh hati dengan seorang gadis kembang desa Manguntur bernama Nari Ratih, putri Rakriyan Wuruh, seorang bekas kepala prajurit Kerajaan Singasari. Namun hubungan asmara di antara mereka harus kandas karena ulah kakak kandung Kamandanu sendiri yang bernama Arya Dwipangga.
Kepandaian dan kepiawaian Dwipangga dalam olah sastra membuat Nari Ratih terlena dan mulai melupakan Kamandanu yang polos. Cinta segitiga itu akhirnya berujung pada peristiwa di Candi Walandit, di mana mereka berdua (Arya Dwipangga dan Nari Ratih) yang sedang diburu oleh api gelora asmara saling memadu kasih hingga gadis kembang desa Manguntur itu hamil di luar nikah.
Kegagalan asmara justru membuat Arya Kamandanu lebih serius mendalami ilmu bela diri di bawah bimbingan saudara seperguruan ayahnya yang bernama Mpu Ranubhaya. Berkat kesabaran sang paman dan bakat yang dimilikinya, Kamandanu akhirnya menjadi pendekar muda pilih tanding yang selalu menegakkan kebenaran dilandasi jiwa ksatria.
Kisah Tutur Tinular ini diselingi berbagai peristiwa sejarah, antara lain kedatangan utusan Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Cina, yang meminta Kertanagara sebagai raja di Kerajaan Singhasari menyatakan tunduk dan mengakui kekuasaan bangsa Mongolia. Namun utusan dari Mongolia tersebut malah diusir dan dipermalukan oleh Kertanagara.
Sebelum para utusan kembali ke Mongolia, di sebuah kedai makan terjadilah keributan kecil antara utusan kaisar yang bernama Meng Chi dengan Mpu Ranubhaya, Mpu Ranubhaya berhasil mempermalukan para utusan dan mampu menunjukkan kemahirannya dalam membuat pedang, karena tersinggung dan ketertarikannya terhadap keahlian Mpu Ranubhaya tersebut, kemudian dengan cara yang curang para utusan tersebut berhasil menculik Mpu Ranubhaya dan membawanya turut serta berlayar ke Mongolia, sesampainya di negeri Mongolia di dalam istana Kubilai Khan, Mpu Ranubhaya menciptakan sebuah pedang pusaka bernama Nagapuspa sebagai syarat kebebasan atas dirinya yang telah menjadi tawanan. Namun pada akhirnya pedang Naga Puspa tersebut malah menjadi ajang konflik dan menjadi rebutan diantara pejabat kerajaan. Akhirnya untuk menyelamatkan pedang Naga Puspa dari tangan-tangan orang berwatak jahat, Mpu Ranubhaya mempercayakan Pedang Nagapuspa tersebut kepada pasangan pendekar suami-istri yang menolongnya, bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin di mana keduanya kemudian menjadi pelarian, berlayar dan terdampar di Tanah Jawa dan hidup terlunta-lunta. Sesampainya di Tanah Jawa pasangan suami istri ini akhirnya bertemu dengan beberapa pendekar jahat anak buah seorang Patih Kerajaan Gelang-gelang bernama Kebo Mundarang yang ingin menguasai Pedang Naga Puspa hingga dalam suatu pertarungan antara Lo Shi Shan dengan Mpu Tong Bajil (pimpinan pendekar-pendekar jahat) Lo Shi Shan terkena Ajian Segoro Geni milik Mpu Tong Bajil, setelah kejadian pertarungan beberapa hari lamanya Pendekar Lo Shi Shan hidup dalam kesakitan hingga akhirnya meninggal di dunia disebuah hutan dalam Candi tua, sebelum meninggal dunia yang kala itu sempat di tolong oleh Arya Kamandanu, Lo Shi Shan menitipkan Mei Shin kepada Arya Kamanadu
Mei Shin yang sebatang kara kemudian ditolong Arya Kamandanu. Kebersamaan di antara mereka akhirnya menumbuhkan perasaan saling jatuh cinta. Namun lagi-lagi Arya Dwipangga merusak hubungan mereka, dengan cara licik Arya Dwipangga dapat menodai perempuan asal daratan Mongolia itu sampai akhirnya mengandung bayi perempuan yang nantinya diberi nama Ayu Wandira. Namun demikian, meski hatinya hancur, Kamandanu tetap berjiwa besar dan bersedia mengambil perempuan dari Mongolia itu sebagai istrinya.
Saat itu Kerajaan Singhasari telah runtuh akibat pemberontakan Prabu Jayakatwang, bawahan Singhasari yang memimpin Kerajaan Gelang-Gelang. Tokoh ini kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri yang dahulu kala pernah runtuh akibat serangan pendiri Singhasari. Dalam kesempatan itu, Arya Dwipangga yang menaruh dendam akhirnya mengkhianati keluarganya sendiri dengan melaporkan ayahnya selaku pengikut Kertanagara kepada pihak Kadiri dengan tuduhan telah melindungi Mei Shin yang waktu itu menjadi buronan. Mpu Hanggareksa pun tewas oleh serangan para prajurit Kadiri di bawah pimpinan Mpu Tong Bajil. Sebaliknya, Dwipangga si anak durhaka jatuh ke dalam jurang setelah dihajar Kamandanu. Kemudian Kamandanu kembali berpetualang untuk mencari Mei Shin yang lolos dari maut sambil mengasuh keponakannya, bernama Panji Ketawang, putra antara Arya Dwipangga dengan Nari Ratih.
Petualangan Kamandanu akhirnya membawa dirinya menjadi pengikut Raden Wijaya (Nararya Sanggrama Wijaya), menantu Kertanagara. Tokoh sejarah ini telah mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diizinkan membangun sebuah desa terpencil di hutan Tarik bernama Majapahit. Dalam petualangannya itu, Kamandanu juga berteman dengan seorang pendekar wanita bernama Sakawuni, putri seorang perwira Singhasari bernama Banyak Kapuk.
Nasib Mei Shin sendiri kurang bagus. Setelah melahirkan putri Arya Dwipangga yang diberi nama Ayu Wandira, ia kembali diserang kelompok Mpu Tong Bajil. Beruntung ia tidak kehilangan nyawa dan mendapatkan pertolongan seorang tabib Cina bernama Wong Yin.
Di lain pihak, Arya Kamandanu ikut serta dalam pemberontakan Sanggrama Wijaya demi merebut kembali takhta tanah Jawa dari tangan Jayakatwang. Pemberontakan ini mendapat dukungan Arya Wiraraja dari Sumenep, yang berhasil memanfaatkan pasukan Kerajaan Yuan yang dikirim Kubilai Khan untuk menyerang Kertanagara. Berkat kepandaian diplomasi Wiraraja, pasukan Mongolia itu menjadi sekutu Sanggrama Wijaya dan berbalik menyerang Jayakatwang.
Setelah Kerajaan Kadiri runtuh, Sanggrama Wijaya berbalik menyerang dan mengusir pasukan Mongolia tersebut. Arya Kamandanu juga ikut serta dalam usaha ini. Setelah pasukan Kerajaan Yuan kembali ke negerinya, Sanggrama Wijaya pun meresmikan berdirinya Kerajaan Majapahit. Ia bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana.
Kisah Tutur Tinular kembali diwarnai cerita-cerita sejarah, di mana Kamanadanu turut menyaksikan pemberontakan Ranggalawe, Lembu Sora dan Gajah Biru akibat hasutan tokoh licik yang bernama Ramapati. Di samping itu, kisah petualangan tetap menjadi menu utama, antara lain dikisahkan bagaimana Kamandanu menumpas musuh bebuyutannya, yaitu Mpu Tong Bajil, serta menghadapi kakak kandungnya sendiri (Arya Dwipangga) yang muncul kembali dengan kesaktian luar biasa, bergelar Pendekar Syair Berdarah.
Kisah Tutur Tinular berakhir dengan meninggalnya Kertarajasa Jayawardhana, di mana Arya Kamandanu kemudian mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit dengan membawa putranya yang bernama Jambu Nada, hasil perkawinan kedua dengan Sakawuni yang meninggal setelah melahirkan, dalam perjalanan menuju lereng Gunung Arjuna inilah Arya Kamandanu bertemu dengan Gajah Mada yang waktu itu menyelamatkan putranya ketika masih berumur 40 hari yang terjatuh ke jurang karena lepas dari gendongannya akibat terguncang-guncang diatas kuda.
Tutur Tinular kemudian berlanjut dengan sekuel keduanya yang berjudul Mahkota Mayangkara, kisah ini mengambil seting cerita pada zaman Majapahit dibawah kepemimpinan Prabu Jayanagara, Raja kedua Kerajaan Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328, dengan bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Sebuah pemerintahan yang banyak mengalami masa pergolakan dalam sejarah awal Kerajaan Majapahit. Kisah ini berakhir dengan pemberontakan Ra Kuti yang pada akhirnya berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.
 Sebagai lanjutan dari Mahkota Mayangkara, S. Tijab telah mempersiapkan sekuel ketiga berjudul Satria Kekasih Dewa, yang menceritakan generasi anak-anak dari tokoh Tutur Tinular, yaitu Jambu Nada, anak pasangan Arya Kamandanu dengan Sakawuni, juga Layang Samba, anak Pasangan Mpu Tong Bajil dengan Dewi Sambi, yang kedua-duanya menjadi tangan Kanan dan tangan kiri, pengikut setia kepercayaan Gajah Mada dalam usahanya memperluas kekuasaan Majapahit, berjuang mempersatukan Nusantara. Namun produksi sekuel yang ketiga ini terhambat karena belum adanya sponsor sebagai penyandang dana.

bersambung ke bagian 2 
http://cakrabuanaku.blogspot.com/2012/09/seluk-beluk-tutur-tinular-bag2.html

3 komentar:

  1. copas dari mana nich gan
    ini tulisan ane semua

    BalasHapus
  2. Serasa kembali ke masa lalu.

    www.istanamadumurni.com

    BalasHapus
  3. Bayar Pakai Dengan Pulsa AXIS XL TELKOMSEL

    Anda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vit
    Capsa Susun, Bandar Poker,QQ Online, Adu Q, dan Bandar Q

    Situs Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain

    Sabung Ayam S1288, CF88, SV388, Sportsbook, Casino Online,
    Togel Online, Bola Tangkas Slots Games, Tembak Ikan, Casino

    Terima semua BANK Nasional dan Daerah, OVO GOPAY

    Whatsapp : 0812-222-2996

    POKERVITA

    BalasHapus