Selasa, 20 Agustus 2013

MADIUN - CIKARANG BERSAMA SI BEBEK BANDEL



Dua minggu, dan akhirnya libur lebaran tahun ini telah usai. Tanggal 19 besok sudah mulai masuk kerja. Sebenarnya tanggal 13 sudah masuk, tapi berhubung adik ipar mau nikahan dan cuti habis terpaksa deh ‘itb’ ijin tak dibayar. Bingung mau berangkat balik ke Cikarang kapan. Kalau hari kamis (15/08) rasanya masih capek rabu baru pulang dari Jogja dan motor belum ganti oli. Kalau hari Jum’at (16/08) susah akses jum’atan dalam perjalanan. Kalau berangkat Sabtu, ntar istirahat sebelum kerja sedikit. Bingung tapi akhirnya diputuskan hari Jum’at berangkat setelah jum’atan. Padahal biasanya berangkat dari Madiun ke Cikarang setelah subuh untuk menghindari teriknya panas matahari.
bebek bandel
Yups sekitar jam satu siang semua perlengkapan siap. Si bebek bandel sudah kinclong. Tas penuh dengan oleh-oleh. Perlengkapan biker sudah lengkap jaket, rompi, sepatu, sarung tangan, masker serta helm full face. Dan setelah pamitan pada seluruh keluarga, aku melaju revo-ku melaju teriknya siang apalagi jalurnya kearah barat. Wah panasnya ‘kempleng-kempleng’.
Sampai di Maospati tangki bensin kuisi dua puluh ribu, busyet si petugas pom ngisinya sambil ngobrol sama temannya hingga tak tau kalo tangki penuh dan luber. Ya sudahlah lanjutkan perjalanan. Magetan – Ngawi ramai apalagi di alas Mantingan bertemu dengan truk-truk, dan bis-bis arus balik yang menuju Jakarta, karena biasanya bis dari Jawa Timur berangkat ke barat sekitar jam sebelas siang sampai jam satuan. Tetep deh gas pol. Masuk Jawa Tengah di Sragen aku masuk jalur kota. Tujuanku lewat jalur alternative Gemolong jadi tak melewati Solo. Masuk Gemolong jalanya jalan kampung biasa melewati sawah dan bukit jalur ini nantinya akan tembus ke Salatiga. Sekitar jam tiga sore aku sampai di Karanggede, Boyolali, aku mampir di pom bensin untuk mengisi bensin karena skalanya sudah dibawah merah sekalian sholat ashar. Sekitar satu jam di Boyolali aku melaju lagi bebekku. Masuk Salatiga lalu Ungaran dan saat adzan magrib aku sampai di Simpang Lima Semarang. Perjalanan arus balik kali ini ditemani kendaraan yang didominasi mobil pribadi dan bis bis angkutan. Kalaupun pemotor Cuma ketemu plat lokal, saat masuk Jawa Tengah beriringan dengan plat AD, Saat sampai Salatiga dan kini Semarang platnya cuma H mulu. Tapi kadang-kadang ketemu sih plat B atau AE yang saling salip menyalip denganku. Lumayan ada teman diperjalanan. Komunikasinya dengan salip menyalip hehe. Memasuki waktu isya aku sudah berada di Alas Roban, Batang. Aku berbelok ke masjid, masjid ini sering aku singgahi saat perjalanan mudik. Walau tak sengaja menuju masjid tertentu sering aku selalu singgah di masjid yang pernah aku singgahi sebelumnya. Setelah menjama’ magrib dan isya’ kuisi perutku dengan sebungkus pop mie lalu rebahan sebentar sambil main hp sendiri. Ya sendiri karena pemudik yang lain bergerombol bersama keluarganya untuk yang pake mobil. Kalau yang sama-sama pemotor mereka bersama teman-temannya. Namun ada juga beberapa yang melakukan perjalanan mudik sendiri sepertiku.
Next. Sekitar jam 8 bebekku melaju lagi. Tapi baru beberapa menit berlalu terdengar suara “bruaaaakkkkk” kuliahat samar-samar sebuah motor dan penumpangnya terpental ditabrak sebuah mobil dari jalur kanan yang hendak putar arah. Jantungku berdegub kencang agak ‘down’. Aku tak berhenti untuk melihat yang terjadi, karena pasti banyak orang yang akan menolongnya karena dekat dengan pemukiman ramai. Aku masih menata nyaliku sambil mengurangi kecepatan motorku. Dalam hati aku hanya berharap semoga korban selamat. Malam semakin gelap dan gerimis mulai turun. Aku mulai stabil lagi kecepatan sudah diatas 60 km/jam, tapi hujan semakin deras. Kurasakan tubuhku telah basah. Jalanan masih ramai apalagi truk dan bis-bis yang tak peduli menyipratkan air yang menggenang kearahku. Memasuki Pemalang aku mulai menepi dan berhenti diteras sebuah toko yang tutup. Banyak pemotor yang menghentikan perjalanannya karena hujan. Entah itu beristirahat di masjid, depan toko, warung makan atau apa sajalah yang penting bisa buat berteduh.
Jam sebelas malam hujan mulai reda, aku menyusuri lagi jalanan pantura yang basah. Salip menyalip dengan bis-bis dan para pemotor yang mulai ramai. Gas pol terus, tapi memasuki Cirebon mata mulai tak bisa dikendalikan. Jam setengah satu. Aku membelokkan motor memasuki halaman masjid. Kalau musim mudik begini banyak jasa parkir di pom bensin atau masjid. Tapi aku lebih nyaman beristirahat di masjid. Sekitar satu jam merebahkan badan, tapi mungkin cuma sepuluh menitan mata ini terpejam. Tak apalah yang penting sudah tak ngantuk. BERBAHAYA. Masih sepertiga perjalanan, aku melaju motorku menembus angin malam yang super dingin. Tapi dingin itu seperti ‘hilang’ saat sudah melaju dijalan raya. Balapan dengan kendaraan lain seperti memanaskan malam yang dingin. Sayangnya bebekku cuma bisa mentok diangka 100 km/jam. Waspada tapi aku punya target sholat subuh di Cikarang. Memasuki Kandanghaur jalanan mulai macet. Jalan yang seharusnya 2 jalur untuk roda empat telah berubah tiga jalur roda empat. Tapi itulah untungnya pakai motor, tak akan terjebak macet. Sudah terbiasa menerobos jalur diantara bis-bis, truk, dan mobil pribadi. Butuh nyali dan kelihaian supaya spion tidak nyangkut atau ‘tekor’ dengan menabrak kendaraan lain hehehe.  
Jam 4 sudah sampai Cikampek tapi kok mata malah berat ya. Haduhh…. Ya sudah mampir di pom bensin dulu. Isi bensin, minum seteguk air, dan beli dua buah gorengan. Tapi saat menggigit gorengan kedua terpaksa kumantahkan lagi. Hueekkk…. Rasanya sudah asam. Tentunya tanpa sepengetahuan penjual aku buang sisanya dibawah kakiku. Jaga perasaan yang jual hehehe. Oke perjalanan dilanjutkan sampai Karawang adzan subuh telah berkumandang. Lepas jalan baru lalu masuk Cikarang rasanya semangat berlipat. Sampai lagi di tanah kenyataan walau bukan tanah impian. CIKARANG. Sekitar jam lima lebih sedikit aku memasuki ‘kontrakan sweet kontrakan’. Alhamdulillah target tercapai, langsung sholat subuh sebelum keduluan matahari. 16 jam petualangan beraspal selesai, walau kali ini lebih lambat dari sebelumnya. Si Revo sudah tahun keenam ikut mudik. Tahun depan ikut lagi gak ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar